Animalifenews.com - Hutan bagian dari alam dan kehidupan
manusia sehingga keberadaannya harus terus dijaga dan dikelola. Oleh karena
itu, upaya untuk melestarikan hutan tidak hanya sebagai kawasan konservasi,
melainkan juga ruang pemberdayaan yang hidup bagi masyarakat.
Hal itu mengemuka dalam peluncuran
buku Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Berkelanjutan diluncurkan
Kamis (17/7) di Gedung Pusat UGM, Yogyakarta. Buku ini sebagai refleksi dan
catatan atas perjalanan panjang UGM dalam pengelolaan hutan berbasis komunitas.
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan,
Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito menuturkan bahwa
kehadiran buku ini bagian dari peranan dan upaya UGM dalam pemberdayaan hutan.
Arie yang juga bertindak sebagai editor buku turut menegaskan pentingnya
konservasi hutan.
![]() |
Foto.UGM Luncurkan buku pemberdayaan masyarakat berbasis hutan.Ist, |
“Masyarakat bisa hidup dari hutan sehingga melestarikan hutan tidak hanya sebagai kawasan konservasi, melainkan sebagai ruang pemberdayaan yang hidup bagi masyarakat, akademisi, peneliti, dan para mitra,” terangnya seperti ditulis dalam laman ugm.ac.id.
Dr. Nurhadi Susanto, Dosen Magister
Administrasi Publik (MAP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM
menjelaskan bahwa buku ini hadir dari kolaborasi Fisipol UGM dan Fakultas
Kehutanan UGM. Tidak hanya itu, kontributor buku ini juga hadir dari
fakultas-fakultas lain seperti Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kedokteran,
Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan serta Fakultas Geografi. Momen peluncuran
ini diharapkan Nurhadi dapat menjadi loncatan awal untuk mempertemukan para
pihak yang terlibat maupun yang memiliki perhatian terhadap pengelolaan sumber
daya berbasis masyarakat.
Buku Pemberdayaan Masyarakat dan
Kemitraan Berkelanjutan merekam secara komprehensif proses transformasi
pengelolaan kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Blora-Ngawi sebagai
laboratorium hidup pemberdayaan masyarakat, konservasi lingkungan, dan
kolaborasi lintas sektor. Buku ini merupakan hasil refleksi kolektif atas
perjalanan panjang UGM dalam membangun tata kelola hutan berbasis pendidikan,
konservasi, dan penguatan kapasitas sosial-ekologis masyarakat sejak tahun
2016.
Buku dibagi ke dalam 10 bab, menyajikan
berbagai pendekatan inovatif, mulai dari analisis kemampuan lahan berbasis
biofisik, praktik agroforestri, pengembangan ekonomi alternatif berbasis
komunitas, hingga perspektif ekofeminisme yang mengangkat peran perempuan dalam
pengelolaan hutan. Harapannya, buku ini dapat menjadi catatan penting dalam
konservasi hutan yang berkeadilan dan berkelanjutan kedepannya.
Selain itu, buku ini juga
menggambarkan tantangan ekologis, ketimpangan akses sumber daya, dan kekuatan
solidaritas sosial yang muncul dari lapangan. Narasi-narasi yang diangkat
mencerminkan transformasi paradigma dari pendekatan eksploitatif menuju pengelolaan
kolaboratif yang menjunjung prinsip keadilan sosial dan ekologi. (Dda)
0 Komentar