Animalifenews.com – Koordinator Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Elis Heviati mengatakan, bioetanol memiliki posisi strategis sebagai bagian dari komitmen nasional dalam transisi energi menuju net zero emissions. Indonesia memiliki potensi besar produksi bioetanol yang bisa mencapai 7,5 miliar liter per tahun.
“Sayangnya, kapasitas produksi
aktual masih sangat rendah, yaitu sekitar 365 ribu kiloliter per tahun. Kita
perlu segera atasi tantangan logistik, kebijakan fiskal, dan konflik
kepentingan antara energi dan pangan” ujar Elis.
![]() |
Foto.Narasumber diskusi publik tentang energi di Univ. Bakrie-ist |
Dia mengungkapkan hal tersebut dalam acara diskusi publik bertajuk ,“Prospek dan Tantangan Industri Bahan Bakar Nabati di Indonesia” pada pekan lalu, bertempat di Auditorium Universitas Bakrie, Bakrie Tower, Jakarta.
Bakrie
Center for Energy and Sustainability bekerja sama dengan Program Studi Ilmu
Politik Universitas Bakrie menyelenggarakan diskusi publik tersebut yang juga
menghadirkan Andree Harahap, VP Business Development Pertamina New and
Renewable Energy, serta dua penanggap ahli yakni Prof. Ardiansyah dan Prof.
Deffi Sari.
Sementara
itu, Andree Harahap menekankan urgensi reformasi kebijakan dan percepatan
produksi bioetanol agar Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor bensin
secara signifikan. “Kalau kita mau serius dorong bioetanol, kita harus
segera selesaikan persoalan distribusi dan kebijakan harga. Belajar dari negara
seperti Brasil dan Amerika Serikat, bioetanol bisa sukses asal didukung
regulasi yang jelas” kata Andree seperti ditulis laman berita Universitas
Bakrie news.bakrie.ac.id.
Sebagai
penanggap, Prof. Ardiansyah menyoroti isu ketahanan energi versus ketahanan
pangan yang kerap muncul dalam diskusi bioetanol. Sedangkan Prof. Deffi Sari memberikan
catatan penting tentang dampak lingkungan, terutama isu deforestasi dan emisi
gas rumah kaca yang muncul akibat industri biofuel.
Dekan
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Prof. Dudi Rudianto, dalam sambutannya
mengatakan diskusi ini bertujuan mempertemukan berbagai pihak untuk merumuskan
solusi nyata. “Acara ini penting karena mempertemukan praktisi industri,
pemerintah, dan akademisi agar kita bisa cari solusi bersama yang realistis
untuk pengembangan energi nabati di Indonesia” kata Prof. Dudi.
Ketua Bakrie
Center for Energy and Sustainability, Dr. Muhammad Badaruddin menambahkan,
diskusi ini merupakan bagian dari upaya strategis Universitas Bakrie untuk
mendukung percepatan transisi energi di Indonesia melalui kolaborasi lintas
sektoral. Diskusi dihadiri mahasiswa dan dosen lintas program studi Universitas
Bakrie sebagai bagian dari upaya memperkuat hubungan antara akademisi dengan
dunia industri serta membangun diskusi strategis yang mendalam tentang isu
energi nasional. (Dda)
0 Komentar