Animalifenews.com – Kopi Pagar Alam asal Sumatera Selatan telah menembus pasar ekspor namun sayang tidak banyak yang tahu. Oleh karena itu, upaya mengembalikan kejayaan kopi berkualitas asal Pagar Alam di pasar global ini, Balai Karantina Sumsel, Badan Karantina Indonesia (Barantin) menyosialisasikan pentingnya ketertelusuran atau 'traceability' komoditas ekspor. Pencatatan asal produk secara rinci, mulai dari proses di kebun hingga pengiriman menuju pelabuhan.
Hal tersebut terungkap saat kunjungan bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumsel dan Pemerintah Kota Pagar Alam ke sentra kebun kopi di Desa Candi, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagar Alam, Sumsel.
![]() |
Foto. Buah Kopi Pagar Alam-ist. |
“Kopi Pagar
Alam sejatinya telah menembus pasar ekspor, salah satunya ke Australia selama
tiga tahun terakhir. Namun sayangnya, sebagian besar volume ekspor tersebut
masih banyak tercatat melalui provinsi lain. Kini saatnya kita memastikan bahwa
kopi Pagar Alam tercatat sebagai komoditas asli dari Sumatera Selatan, bukan
sekadar transit melalui daerah lain,” jelas Kepala Karantina Sumsel Sri Endah
dalam siaran persnya di Palembang, Kamis (19/6).
Lebih lanjut,
Sri Endah menegaskan bahwa sistem ketertelusuran bukan sekadar formalitas
administratif, melainkan kunci penting dalam melindungi mutu, menjamin keaslian
secara geografis, dan mengoptimalkan nilai ekonomi daerah.
“Karantina
Sumsel dapat menyertifikasi komoditas meski pengeluarannya melalui daerah lain.
Tetapi kami berharap ekspor kopi Pagar Alam dapat langsung dari Sumsel.
Tentunya ini perlu sinergi bersama seluruh pemangku kepentingan. Dengan data
ekspor yang valid berasal dari Sumsel, dapat memberikan kontribusi nyata
terhadap pendapatan daerah,” tambahnya.
Pelaku Usaha
Muda
Keinginan
untuk mengembalikan kejayaan kopi Sumsel kian menguat. Dua pelaku usaha muda
asal Sumsel, Muhammad Rafi dan Novita Anggi menyuarakan pentingnya membuka
jalur ekspor langsung tanpa harus melalui provinsi lain.
Selama ini,
kopi asal Sumsel diekspor melalui Pelabuhan Panjang, Lampung. Hal ini
disebabkan perusahaan-perusahaan besar lebih dulu membangun pabrik pengolahan
dan jalur logistik di sana, sehingga komoditas unggulan Sumsel justru diekspor
melalui daerah lain.
“Kopi Sumsel
itu kualitas unggulan, tapi ironisnya, nama besarnya justru dibawa keluar
daerah. Kami ingin nilai tambahnya tetap di sini, dinikmati
petani dan pelaku usaha lokal,” ujar Rafi.
Hal
senada disampaikan Novita yang menilai ekspor langsung dari Sumsel bukan hanya
mungkin, tetapi juga perlu didorong secara serius dengan dukungan lintas
sektor. “Ini soal keberpihakan. Jika ada pabrik pengolahan besar di Sumsel,
maka petani kita bisa lebih sejahtera dan ekosistem industri kopi kita akan
tumbuh lebih sehat,” harapnya.
Dalam
audiensi sehari sebelumnya, Walikota Pagaralam, Ludi Oliansyah, menyampaikan
bahwa kopi bukan sekadar komoditas, melainkan bagian dari identitas dan
kebanggaan masyarakat Pagar Alam. “Ini tentang identitas kita. Ketika kopi dari
Pagar Alam diakui sebagai milik Sumsel, maka petani kita akan lebih dihargai
dan meningkatkan perekonomian daerah,” ujar Ludi.
Sri
Endah juga menekankan pentingnya peran perusahaan-perusahaan besar yang selama
ini membeli kopi dari Pagar Alam untuk lebih aktif berkontribusi terhadap
penguatan ekosistem industri kopi di daerah. “Ke depan, perlu adanya investasi
langsung seperti fasilitas pengolahan atau kemitraan strategis di Sumsel ini.
Dengan begitu, nilai tambah dari hulu hingga hilir tetap berada di Sumsel,”
ungkapnya.
Dorongan
ekspor langsung ini diharapkan bisa menjadi pemicu lahirnya investasi strategis
di Sumsel, seperti pembangunan pelabuhan yang lebih besar dari Pelabuhan yang
sudah ada, pembangunan pengumpul, pusat pengolahan kopi, dan sistem logistik
yang efisien.
Produksi Kopi
Pagar Alam
Berdasarkan
data Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Kota Pagar Alam memproduksi
sekitar 18,21 ribu ton kopi pada tahun 2023. Dengan jumlah produksi sebesar
tersebut, terbuka peluang besar untuk memperluas pasar ekspor. Capaian
pengiriman sebelumnya ke Australia sebanyak 19,8 ton dan Malaysia sebanyak 58,2
ton pada tahun 2025 ini.
Melalui
kolaborasi ini, Karantina Sumsel berharap kopi Pagar Alam tak hanya dikenal
karena kualitas dan cita rasa, tetapi juga karena sistem ekspor yang
transparan, tertelusur, dan memberi manfaat langsung bagi tanah asalnya, yakni
Sumatera Selatan. (***)
0 Komentar