Animalifenews.com – Pelaksanaan revitalisasi tambak Pantai Utara (Pantura) Jawa terus dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Program revitalisasi tambak Pantura Jawa pada tahap awal tahun 2025 dengan target 20 ribu hektare akan dimulai di Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu. Program untuk meningkatkan produktivitas tambak yang kurang optimal dan mendukung ketahanan pangan nasional berbasis ekonomi biru secara berkelanjutan.
Terbaru, Direktorat
Jenderal Perikanan Budi Daya (DJPB) KKP telah menggelar konsultasi publik tahap
I berupa Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan pelaksanaan
program aman bagi kelestarian lingkungan serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
![]() |
Foto.Tambak di Pantura-kkp.go.id |
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu mengatakan, konsultasi publik tahap I KLHS merupakan salah satu syarat penting dalam perizinan pemanfaatan lahan kehutanan pada pelaksanaan program revitalisasi tambak Pantura Jawa.
“KLHS
ini menjadi instrument kunci untuk memastikan program revitalisasi tambak
Pantura Jawa tetap berbasis ekonomi biru secara berkelanjutan dan ramah
lingkungan, tidak merusak ekosistem pesisir dan lingkungan sekitar,” tegas Tebe
dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Senin (17/3).
Tahapan
KLHS sebagai rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif
untuk memastikan bahwa program revitalisasi tambak Pantura Jawa untuk
komoditas budi daya nila salin, tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi
juga menjaga keseimbangan ekologi dan sosial.
Tebe
menyampaikan, tambak di Pantura Jawa memiliki potensi besar namun menghadapi
tantangan dari sisi lingkungan, tata kelola dan ekonomi. Kondisi eksisting
tambak idle atau tidak produktif, budidaya masih dilakukan secara
tradisional, tidak ada tandon dan IPAL sehingga rentan terhadap serangan
penyakit dan produktivitasnya pun rendah yakni hanya 0,6 ton/Ha/Tahun.
Program
revitalisasi tambak Pantura Jawa pada tahap awal tahun 2025 dengan target 20
ribu hektare akan dimulai di Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu. Program
untuk meningkatkan produktivitas tambak yang kurang optimal tadi dan mendukung
ketahanan pangan nasional berbasis ekonomi biru secara berkelanjutan.
“Kami
proyeksikan target produksi ikan nila salin dari 20 ribu hektare dengan program
revitalisasi di empat lokasi kabupaten tersebut akan menghasilkan sekitar 1,56
juta ton ikan nila salin. Nah, dengan asumsi harga jual Rp 25 ribu per kg saja,
maka akan terjadi perputaran uang hingga mencapai triliunan Rupiah per tahun,”
ungkap Tebe.
Untuk
mencapai target revitalisasi tambak Pantura Jawa 2025, KKP memerlukan dukungan
dari berbagai pihak. Dalam hal tahapan KLHS ini KKP membutuhkan dukungan dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kehutanan sehingga penggunaan
lahan kehutanan untuk program revitalisasi tambak Pantura Jawa dapat berjalan
sesuai prosedur dan hasilnya optimal.
Program
revitalisasi Pantura Jawa sendiri memiliki multiplier effect yang dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan
mendorong daya saing nasional. Diantaranya pertumbuhan UMKM, peningkatan tenaga
kerja, akses transportasi, arus logistik, fasilitas telekomunikasi, failitas
jaringan listrik, sarana pendidikan dan pendapatan asli daerah.
“Tentunya
terciptanya multiplier effect dari revitalisasi tambak di Pantura Jawa
diharapkan dukungan penuh dari kementerian dan lembaga terkait untuk memastikan
keberhasilan secara berkelanjutan,” ungkap Tebe. (Dda/Ril)
0 Komentar