Animalifenews.com – Badak jawa dan sumatra semakin terancam punah. Populasi yang kian menipis, keragaman genetik yang terbatas, dan ancaman kepunahan mendorong IPB University melalui Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) mengembangkan teknologi reproduksi berbantuan (Assisted Reproductive Technology/ART) dan biobank.
Upaya ini dipimpin Pakar ART IPB
University, Dr drh Muhammad Agil, yang mendedikasikan hidupnya untuk memastikan
‘suara’ badak tak hilang selamanya di hutan tropis Sumatra dan Jawa.
![]() |
Foto.Badak Jawa-bbksdajatim.org |
Ia menyebut, kondisi badak sumatra saat ini sangat kritis karena lebih dari 70 persen populasi hasil penyelamatan pada tahun 1980-1990 mengalami gangguan organ reproduksi.
“Kenyataannya, banyak badak betina
kita mengalami tumor pada organ reproduksi, membuat mereka sulit berkembang
biak,” ucapnya saat Perjanjian Kerja Sama dan Peletakan Batu Pertama
Laboratorium Pusat ART dan Biobank dengan Kementerian Kehutanan di Kampus IPB
Dramaga, Bogor, Selasa (2/9).
Badak jawa menghadapi masalah berbeda.
Meski populasinya relatif stabil, keragaman genetiknya sangat rendah. Tim
peneliti IPB University menemukan bahwa badak jawa hanya memiliki dua haplotipe
genetik.
“Jika tidak ada intervensi, badak jawa terancam punah dalam 50 tahun ke depan,” ujarnya.
Untuk menjawab ancaman ini, pemerintah
mengeluarkan aksi darurat konservasi pada 2018, memasukkan teknologi ART dan
biobank dalam strategi nasional penyelamatan satwa langka.
Lebih lanjut, Dr Agil mencontohkan
kisah penyelamatan northern white rhino di Kenya dan black-footed
ferret di Amerika Serikat. Melalui teknologi transfer embrio,
inseminasi buatan, hingga kloning, para peneliti berhasil menjaga keberlanjutan
spesies yang sebelumnya dinyatakan punah di alam.
“Kami ingin keberhasilan itu terjadi
pada badak jawa dan sumatra,” ungkapnya seperti ditulis ipb.ac.id.
Tim IPB University kini tengah
mengumpulkan sperma, sel telur, dan sel kulit badak sumatra untuk dikembangkan
menjadi sel punca (stem cell) dan gamet buatan.
IPB University juga menggandeng Osaka
University dan beberapa museum di Eropa untuk mengakses material genetik badak
Indonesia yang tersimpan dalam bentuk frozen zoo.
“Selain di
Berlin, ada di Copenhagen, Brussel, Belgia, Belanda, dan Adelaide. Mereka
menyimpan material badak jawa dan badak sumatra,” ucap Dr Agil.
Pusat ART dan
Biobank yang akan hadir di IPB University didirikan sebagai pusat konservasi
satwa liar berbasis teknologi.
“Kami berharap
dukungan penuh dari pemerintah dan mitra internasional, sehingga penelitian dan
pengembangan teknologi dapat dilakukan di dalam negeri,” ucap Dr Agil. (Dda)
0 Komentar