Animalifenews.com - Tanaman putri malu (Mimosa pudica) yang sering dianggap sebagai gulma, ternyata menyimpan potensi besar sebagai sumber senyawa bioaktif untuk industri farmasi dan kosmetik.
Dosen
Departemen Kimia dan Peneliti Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University, Dr
Trivadila, mengungkapkan kandungan senyawa aktif pada daun, batang, dan akar
tanaman ini memiliki manfaat yang luas, termasuk sebagai antibakteri,
antikanker, hingga antioksidan.
![]() |
Foto.Pohon Putri Malu-ipb.ac.id |
“Tanaman putri malu mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, terpenoid, flavonoid, dan kumarin,” jelasnya seperti ditulis laman ipb.ac.id.
Pada
bagian daun dan batang, terkandung flavonoid seperti isoquercitrin,
avicularin, apigenin-7-O-D-glikosida, cassiaoccidentalin B, orientin, dan
isoorientin. Selain itu, terdapat mineral penting seperti
magnesium, fosfor, kalsium, nitrogen, dan kalium.
Lebih
lanjut, Dr Trivadila memaparkan bahwa daun putri malu juga mengandung senyawa karotenoid,
termasuk neoxanthin, violaxanthin, lutein, lycopene, dan karoten,
serta tokoferol yang berperan sebagai antioksidan alami.
Senyawa
unik lainnya adalah mimopudine, yang memicu mekanisme membuka daun, dan
turgorin, yang memengaruhi gerakan menutup daun saat disentuh.
“Pada
bagian akar, juga ditemukan senyawa asam lemak, protein, sterol, alkaloid,
tanin, terpenoid, flavonoid, dan senyawaan fenolik,” tambahnya.
Beberapa
senyawa lainnya di antaranya 2-hydroxymethyl-chroman-4-one dan betulinic
acid. Seluruh bagian tanaman juga mengandung asam amino non-protein
L-mimosine, serta hormon jasmonic acid dan abscisic acid yang
berperan dalam perkembangan dan respon stres tanaman.
Dr
Trivadila menjelaskan, potensi pemanfaatan senyawa-senyawa tersebut terbuka
luas, terutama dalam industri farmasi dan kosmetik.
“Ekstrak
dan senyawa dari putri malu memiliki aktivitas antibakteri, antifungi,
antivirus, antikanker, antidiabetes, antioksidan, hingga antidepresan,”
ujarnya.
L-mimosine,
misalnya, dilaporkan memiliki aktivitas sitotoksik yang menjanjikan untuk
terapi kanker, sementara senyawa 2-hydroxymethyl-chroman-4-one
menunjukkan aktivitas antifungi.
Meski
potensinya besar, proses ekstraksi dan pemurnian senyawa aktif dari putri malu
menghadapi sejumlah tantangan. Rendemen hasil ekstraksi sering kali rendah,
terutama jika senyawa berada pada bagian akar yang volumenya sedikit. Selain
itu, proses standardisasi kandungan senyawa aktif memerlukan perlakuan budi
daya khusus.
“Metabolit
sekunder biasanya diproduksi oleh tanaman sebagai respons terhadap stres
lingkungan. Budi daya yang kurang optimal justru dapat menurunkan bahkan
menghilangkan senyawa aktif tersebut,” ucap Dr Trivadila. (***)
0 Komentar